Sebuah cerita yang terjadi di sebuah negara.
Aku punya barang, tapi aku tidak pernah merawatnya dan seringkali
mengacuhkannya. Ternyata temanku memperhatikan, dan ia mengambil
barangku karena ia pikir barangku sudah tak ku pakai lagi. Karena tak
terima barangku diambil, aku langsung marah-marah kepada temanku.
Kira-kira siapa yang salah?
Aku = ID
Temanku = MlY
Barang = Bdy
Senin, 13 Agustus 2012
Minggu, 22 Juli 2012
Tanpa Kita Sadari: Pengaruh Globalisasi
Bismillah
Film-film luar yang masuk ke Indonesia paling banyak berasal dari Amerika. Walaupun akhir-akhir ini juga tidak sedikit drama korea yang ikut tampil di layar kaca. Hal ini membuat kita semakin terpengaruh oleh budaya-budaya asing sehingga membuat kita lupa akan budaya negeri sendiri.
Film-film luar memang tidak salah jika diputar di Indonesia. Namun, saya merasakan banyak sekali ajaran-ajaran yang tidak patut ditayangkan sehingga banyak juga adegan-adegan terpotong. Ciuman misalnya. Di luar negeri di mana menganut paham kebebasan, berciuman bibir bertemu bibir adalah hal yang wajar saat bertemu dengan teman, rekan kerja, kolega-kolega, dll. Mereka tidak malu dengan orang-orang sekitar. Berbeda dengan Indonesia. Indonesia adalah negara yang penuh dengan norma. Maka dari itu berciuman di khalayak ramai itu dianggap menyimpang. Namun, coba lihat Indonesha masa sekarang. Tak sedikit kita jumpai dua insan duduk berdua di pojokan taman. Memadu kasih seakan taman itu milik mereka berdua. Bahkan tak jarang aktivitas-aktivitas lain yang mereka lakukan mengganggu pengunjung taman yang lain. Ada apa ini? Apakah pengaruh budaya kebebasan? Lantas dari mana mereka mendapat budaya kebebasan seperti ini?
Globalisasi adalah pemegang peran utama. Televisi, internet, radio, dan media-media massa yang lain yang membawa serta budaya-budaya luar masuk ke Indonesia. Apakah saya menyalahkan media?
Tentu tidak. Itu juga sudah menjadi tugas mereka. Tinggal bagaimana cara kita menyaring berbagai informasi dan paham yang masuk.
Lantas, bagaimana menyikapi ini semua?
Mungkin menurut saya, marilah kita buat saringan informasi yang lebih rapat lagi dalam menyaring informasi. Perkuat akidah agama kita. Lestarikan budaya negeri sendiri. Jangan cepat percaya dengan suatu informasi. Jangan jadi orang yang plin-plan. Berbuat kebaikan setiap hari. Jangan langgar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dan yang terpenting banggalah jadi orang Indonesia.
Sekian, sedikit yang saya sampaikan dalam pararaf argumentatif ini. Bila ada penulisan yang salah, itu berasal dari saya dan saya minta maaf. Terima kasih sudah mau membaca.
Wasalam.
Film-film luar yang masuk ke Indonesia paling banyak berasal dari Amerika. Walaupun akhir-akhir ini juga tidak sedikit drama korea yang ikut tampil di layar kaca. Hal ini membuat kita semakin terpengaruh oleh budaya-budaya asing sehingga membuat kita lupa akan budaya negeri sendiri.
Film-film luar memang tidak salah jika diputar di Indonesia. Namun, saya merasakan banyak sekali ajaran-ajaran yang tidak patut ditayangkan sehingga banyak juga adegan-adegan terpotong. Ciuman misalnya. Di luar negeri di mana menganut paham kebebasan, berciuman bibir bertemu bibir adalah hal yang wajar saat bertemu dengan teman, rekan kerja, kolega-kolega, dll. Mereka tidak malu dengan orang-orang sekitar. Berbeda dengan Indonesia. Indonesia adalah negara yang penuh dengan norma. Maka dari itu berciuman di khalayak ramai itu dianggap menyimpang. Namun, coba lihat Indonesha masa sekarang. Tak sedikit kita jumpai dua insan duduk berdua di pojokan taman. Memadu kasih seakan taman itu milik mereka berdua. Bahkan tak jarang aktivitas-aktivitas lain yang mereka lakukan mengganggu pengunjung taman yang lain. Ada apa ini? Apakah pengaruh budaya kebebasan? Lantas dari mana mereka mendapat budaya kebebasan seperti ini?
Globalisasi adalah pemegang peran utama. Televisi, internet, radio, dan media-media massa yang lain yang membawa serta budaya-budaya luar masuk ke Indonesia. Apakah saya menyalahkan media?
Tentu tidak. Itu juga sudah menjadi tugas mereka. Tinggal bagaimana cara kita menyaring berbagai informasi dan paham yang masuk.
Lantas, bagaimana menyikapi ini semua?
Mungkin menurut saya, marilah kita buat saringan informasi yang lebih rapat lagi dalam menyaring informasi. Perkuat akidah agama kita. Lestarikan budaya negeri sendiri. Jangan cepat percaya dengan suatu informasi. Jangan jadi orang yang plin-plan. Berbuat kebaikan setiap hari. Jangan langgar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dan yang terpenting banggalah jadi orang Indonesia.
Sekian, sedikit yang saya sampaikan dalam pararaf argumentatif ini. Bila ada penulisan yang salah, itu berasal dari saya dan saya minta maaf. Terima kasih sudah mau membaca.
Wasalam.
Jumat, 20 Juli 2012
Bisa Jadi Kamu Membenci Sesuatu Namun Itu Baik Buatmu
Di sana akan dibahas tentang surat Al-Baqarah ayat 216 meskipun postingan di sana masih mengutip dari Asysyariah.com. Langsung saja menuju ke lokasi. Klik » Bisa Jadi Kamu Membenci Sesuatu Namun Itu Baik Buatmu. Selamat membaca.
Langganan:
Postingan (Atom)